Mesin Pencari Mabyaz

Duta Dakwah Mabyaz

Duta Dakwah Mabyaz
Duta Dakwah Mabyaz

Selasa, 16 April 2013

Rambu-rambu Pamvlet Kajian

Rambu-rambu Pamvlet Kajian

1. “Insya Allah”

Dalam membuat pamvlet kajian, hendaknya menyantumkan kalimat ini, “Insya Allah”, seperti dalam kalimat “Insya Allah, akan diadakan …” atau “Insya Allah akan dibawakan oleh …” atau yang lainnya.

Insya Allah artinya kalau Allah menghendaki. Sebuah etika bagi seorang muslim untuk meyakini bahwa apa yang dia lakukan hanya terjadi bila Allah menghendakinya.


Allah Subhânahû Wa Ta’âlâ berfirman, “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu, ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi,’ kecuali (dengan menyebut), ‘Insya Allah’.” (QS. Al-Kahfi : 23-24)

Ayat ini adalah petunjuk Allah kepada Rasul-Nya shallallâhu ‘alaihi wa sallam agar hal yang beliau telah niatkan dengan kesungguhan disandarkan kepada kehendak Allah ‘Azza wa Jalla semata. Karena dialah Allah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib, Yang mengetahui segala hal yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi, serta Allah mengetahui apa yang tidak akan terjadi andaikata terjadi bagaimana terjadinya.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhary dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam menceritakan kisah Nabi Sulaiman ‘alaihissalam yang akan mendatangi 70 istrinya dalam satu malam, -dalam sebuah riwayat 90 istri dan dalam riwayat lain 100 istri-, agar setiap istrinya tersebut melahirkan seorang penunggang kuda yang berjihad di jalan Allah. Tapi, Nabi Sulaiman ‘alaihissalam lupa membaca ‘Insya Allah’. Akhirnya, tidak ada yang melahirkan dari istri-istrinya kecuali seorang istri saja yang melahirkan anak cacat. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengingatkan bahwa andaikata Nabi Sulaiman ‘alaihissalam membaca ‘Insya Allah’ pasti setiap istrinya akan melahirkan seorang penunggang kuda yang berjihad di jalan Allah.


Dan sesungguhnya hanya milik Allah-lah segala daya dan upaya..

2. Memberikan do’a

Salah satu adab kita sebagai tholibul ilmi, kepada guru atau ustadz kita yang kita mengambil faedah dari mereka adalah dengan memberikan do’a kepadanya. Salah satu bentuknya adalah menyandingkan penulisan nama beliau dengan do’a, sebagaimana yang ma’ruf didalam tulisan-tulisan ilmiyyah yang ditulis baik oleh para Ulama maupun Tholibul Ilmi.

Kaedah yang ma’ruf dalam hal ini, untuk ustadz pemateri, diberikan doa dengan “Hafidzahullah” (Semoga Allah menjaganya). Adapun bila dalam temanya mengutip nama seorang ulama, maka do’anya-pun “Hafidzahullah”, namun bila ulama tersebut telah wafat, ma’ruf dengan do’a “Rahimahullah” (Semoga Allah merahmatinya). Hal ini berlaku juga –bahkan lebih berhak dan layak padanya- untuk penyebutan nama Shahabat Radhiyallahu’anhum dan nama Muhammad Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam.

Contoh :
Hadirilah kajian dengan tema, “Dakwan Syaikh Ali Hasan al-Halaby hafidzahullah, sebagai murid senior Syaikh Muhammad Nasiruddin al-Albani rahimahullah.”
Dengan pemateri, insya Allah oleh Ustadz Muhammad Abdullah hafidzahullah

Apakah harus dengan bahasa Arab? Bila pamvlet tersebut untuk ditempelkan, baiknya dengan bahasa arab, walaupun dengan bahasa latin insya Allah tak mengapa. Namun bila pamvlet tersebut untuk disebarkan (sebagaimana brosur), ahsan bila menggunakan bahasa latin, karena dikhawatirkan penerima selebaran tersebut secara tidak sengaja kurang memuliakan asma Allah (dalam bahasa Arab) yang terkandung dalam do’a tersebut, seperti dengan membuangnya ditempat yang kotor, menginjaknya dan sebagainya…

3. Mengutamakan penanggalan Hijriyyah

Penanggalan Hijriyyah, adalah ciri khas bagi kita kaum muslimin, sehingga hendaknya kita bangga dengannya, dan berusaha tuk senantiasa menggunakannya dalam kehidupan kita. Bahkan sebagian ulama, cukup tegas menyikapi hal ini, yakni mengharamkan menggunakan penanggalan Masehi karena merupakan bentuk tasyabbuh dengan kaum kuffar.

Walaupun demikian dalam pamvlet , memang tidak bisa dihilangkan begitu saja penanggalan Masehi, karena sebagian besar masyarakat awwam (termasuk penulis sendiri) sebagai penerima pamvlet, kurang faham atau hafal dengan penanggalan Hijriyyah. Sehingga jalan terbaik, akan lebih bijak jika menggunakan 2 waktu penanggalan, yakni penanggalan Hijriyyah –ini yang diutamakan- dan Masehi.

Catatan :
1. Perlu diketahui perubahan hari dalam waktu Hijriyyah terhitung di waktu Maghrib, berbeda dengan waktu Masehi yang dihitung setelah pukul 12 malam. Sehingga, sebagai contoh untuk hari ini, Rabu 10 April 2013 yang bertepatan dengan 29 Jumadil Awal 1434H, bila ada kajian nanti malam selepas maghrib, maka waktu untuk Hijriyah-nya sudah berganti hari, yakni 30 Jumadil Awal 1434H
2. Termasuk didalam menggunakan waktu-waktu islami, adalah dengan menggantikan kata untuk hari Minggu dengan kata Ahad, dan insya Allah masyarakat sudah faham akan hal ini (yakni tidak perlu ditulis dua-duanya, minggu atau ahad).

4. Informasi seputar Pengisi Kajian

Tentu kita fahami, bahwa kajian yang ingin kita adakan bukanlah kajian “khusus”, namun kajian umum yang kita harapkan dapat dihadiri oleh semua kaum muslimin, baik yang awam maupun yang –alhamdulillah- sudah mengenal sunnah, sembari berharap malalu kajian tersebut, masyarakat mau menerima dakwah sunnah ini.

Karenanya, perlu untuk dicantumkan dalam pamvlet tersebut informasi singkat seputar Ustadz yang akan mengisi kajian tersebut, karena penerima pamvlet tidak dijamin semua mengenalnya sebagaimana kita mengenal ustadz pemateri. Sebagai contoh “Pimpinan Pondok Pesantren Al-Husna Bekasi”, atau “Pengasuh majalah dakwah As-Sunnah”, atau “Lulusan Doktor S3 Univ. Islam Madinah” atau “Dosen IAIN …” atau yang lainnya. Yang dengan informasi singkat tersebut, diharapkan menarik minat jama’ah untuk menghadiri kajian tersebut.

Termasuk diantara informasi seputar pengisi kajian adalah title yang dimilikinya, seperli Lc, Dr., MA, Prof. atau yang lainnya.

5. Informasi Detail

Sebagaimana umum yang tercantum didalam sebuah Pamvlet, berupa Tema, Pemateri, Waktu dan Tempat, namun terkadang ada sebagian jama’ah yang membutuhkan informasi lebih detail terkait kajian yang hendak kita adakan. Mungkin ingin mengetahui jalur angkutan umum menuju ke lokasi, atau ingin mengetahui jalan pintas dari lokasi jama’ah, atau ingin membantu dalam hal konsumsi (berharap…), atau yang lainnya.

Maka idealnya, sebuah pamvlet, juga disertakan contact person panitia yang dapat dihubungi. Bisa berupa no. HP, facebook, pin BB atau yang lainnya. Namun hemat penulis, dengan no. HP sudah cukup mewakili, mungkin dengan 2 atau 3 nomor sebagai alternatif.

6. Tampilkan pihak penyelenggara

Sebagai bentuk amanah, dan bentuk tanggung jawab panitia penyelenggara  kajian, adalah dengan menampilkan pihak penyelenggara kajian dalam pamvlet, apakah itu Yayasan, Lembaga, Takmir Masjid atau yang lainnya. Dengan menampilkan informasi ini, akan membangun persepsi kepada jama’ah bahwa pengumuman kajian ini benar adanya, karena ada pihak yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraannya.

Termasuk dalam hal ini, bila ada pihak sponsor atau pendukung, seperti bila ada siaran radio atau tv yang hendak meliput kajian, atau ada pihak penerbit buku yang hendak dikaji buku terbitannya sekaligus sebagai sponsor, atau dari pihak pemerintah, kepolisian, perusahaan, instansi yang memang memiliki andil /dukungan nyata terhadap terlaksananya kajian tersebut. Dan hal ini tentu menjadi nilai tambah terhadap kajian yang hendak dilaksanakan, bagi jama’ah yang berniat untuk hadir.

7. Desain yang syar’i, rapi, sederhana dan menarik

Pada poin terakhir ini, walaupun tidak terkait langsung dengan isi materi dari pamvlet kajian, namun memiliki andil yang cukup besar dalam hal menarik hati jama’ah untuk sudi menghadiri kajian tersebut.

Etika dalam desain pamvlet, yang pertama dan utama adalah menjauhi gambar-gambar yang terlarang dalam agama, seperti gambar makhluk bernyawa (yakni menampakkan wajah atau kepalanya secara jelas), gambar yang dapat mengundang syahwat, dan gambar terlarang lainnya.

Kemudian, yang kedua kerapian dalam desain, maknanya adalah informasi dalam pamvlet hendaknya mudah untuk dibaca dan difahami. Memilih font yang sesuai, mengatur ukuran tulisan –mana yang pelu ukuran besar, dan mana yang standar-, memilih warna, dan tata letak huruf dan objek sedemikian rupa, sehingga kelihatan rapi.

Kemudian, yang ketiga adalah sederhana, yakni memilih informasi-informasi yang memang perlu disampaikan kepada jama’ah, dan memilih objek-objek gambar yang diperlukan untuk dimunculkan dalam pamvlet. Sebuah pamvlet yang penuh dengan kata-kata dan objek-objek gambar, akan terkesan “rame”, sehingga menyulitkan jama’ah untuk membaca dan memahami infromasi penting dalam sebuah pamvlet.

Kemudian, yang terakhir adalah menarik, yakni pengaturan dan pemilihan objek dan gambar latar yang sesuai dengan tema yang ada dalam pamvlet kajian.

Khusus poin terakhir ini, memang diperlukan seseorang yang memiliki jiwa artistic, dan kemampuannya dalam desain grafis. Walapun demikian, poin ini bersifat relative, karena penilaian seseorang bias jadi berbeda dengan penilaian orang lain.

Tambahan, untuk memenuhi sebuah pamvlet yang menarik, ada bainya bila diusahakan untuk dicetak di kertas khusus pamvlet, setidaknya untuk pamvlet yang ditempel. Dalam hal ini memang perlu adanya anggaran khusus dari panitia. Wallahu’alam

Untuk contoh, silakan rujuk pamvlet untuk Daurah Syaikh Abdurrozzak hafidzahullah di Masjid Istiqlal, berikut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan bagi ikhwan/pengunjung sekalian untuk menuliskan komentar, pertanyaan, konfirmasi atau pemesanan.

Entri Populer