Rambu-rambu
Pamvlet Kajian
1. “Insya
Allah”
Dalam membuat pamvlet kajian, hendaknya menyantumkan
kalimat ini, “Insya Allah”, seperti dalam kalimat “Insya Allah, akan diadakan
…” atau “Insya Allah akan dibawakan oleh …” atau yang lainnya.
Insya Allah artinya kalau Allah menghendaki. Sebuah etika
bagi seorang muslim untuk meyakini bahwa apa yang dia lakukan hanya terjadi
bila Allah menghendakinya.
Allah Subhânahû
Wa Ta’âlâ berfirman, “Dan
jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu, ‘Sesungguhnya aku akan
mengerjakan ini besok pagi,’ kecuali (dengan menyebut), ‘Insya Allah’.” (QS. Al-Kahfi : 23-24)
Ayat ini adalah petunjuk Allah kepada Rasul-Nya shallallâhu
‘alaihi wa sallam agar hal yang beliau telah niatkan dengan kesungguhan
disandarkan kepada kehendak Allah ‘Azza wa Jalla semata. Karena dialah
Allah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib, Yang mengetahui segala hal yang
telah terjadi dan apa yang akan terjadi, serta Allah mengetahui apa yang tidak
akan terjadi andaikata terjadi bagaimana terjadinya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhary dan
Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam menceritakan kisah Nabi
Sulaiman ‘alaihissalam yang akan mendatangi 70 istrinya dalam satu
malam, -dalam sebuah riwayat 90 istri dan dalam riwayat lain 100 istri-, agar
setiap istrinya tersebut melahirkan seorang penunggang kuda yang berjihad di
jalan Allah. Tapi, Nabi Sulaiman ‘alaihissalam lupa membaca ‘Insya
Allah’. Akhirnya, tidak ada yang melahirkan dari istri-istrinya kecuali seorang
istri saja yang melahirkan anak cacat. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa
sallam mengingatkan bahwa andaikata Nabi Sulaiman ‘alaihissalam membaca
‘Insya Allah’ pasti setiap istrinya akan melahirkan seorang penunggang kuda
yang berjihad di jalan Allah.
Dan sesungguhnya hanya milik Allah-lah segala daya dan
upaya..
2. Memberikan do’a
Salah satu adab kita sebagai tholibul ilmi, kepada guru
atau ustadz kita yang kita mengambil faedah dari mereka adalah dengan
memberikan do’a kepadanya. Salah satu bentuknya adalah menyandingkan penulisan
nama beliau dengan do’a, sebagaimana yang ma’ruf didalam tulisan-tulisan
ilmiyyah yang ditulis baik oleh para Ulama maupun Tholibul Ilmi.
Kaedah yang ma’ruf dalam hal ini, untuk ustadz pemateri, diberikan
doa dengan “Hafidzahullah” (Semoga Allah menjaganya). Adapun bila dalam temanya
mengutip nama seorang ulama, maka do’anya-pun “Hafidzahullah”, namun bila ulama
tersebut telah wafat, ma’ruf dengan do’a “Rahimahullah” (Semoga Allah
merahmatinya). Hal ini berlaku juga –bahkan lebih berhak dan layak padanya-
untuk penyebutan nama Shahabat Radhiyallahu’anhum dan nama Muhammad Rasulullah
Shalallahu’alaihi wasallam.
Contoh :
Hadirilah kajian dengan tema, “Dakwan Syaikh Ali Hasan
al-Halaby hafidzahullah, sebagai murid senior Syaikh Muhammad Nasiruddin
al-Albani rahimahullah.”
Dengan pemateri, insya Allah oleh Ustadz Muhammad Abdullah
hafidzahullah
Apakah harus dengan bahasa Arab? Bila pamvlet tersebut
untuk ditempelkan, baiknya dengan bahasa arab, walaupun dengan bahasa latin
insya Allah tak mengapa. Namun bila pamvlet tersebut untuk disebarkan
(sebagaimana brosur), ahsan bila menggunakan bahasa latin, karena dikhawatirkan
penerima selebaran tersebut secara tidak sengaja kurang memuliakan asma Allah
(dalam bahasa Arab) yang terkandung dalam do’a tersebut, seperti dengan
membuangnya ditempat yang kotor, menginjaknya dan sebagainya…
3. Mengutamakan penanggalan Hijriyyah
Penanggalan Hijriyyah, adalah ciri khas bagi kita kaum
muslimin, sehingga hendaknya kita bangga dengannya, dan berusaha tuk senantiasa
menggunakannya dalam kehidupan kita. Bahkan sebagian ulama, cukup tegas
menyikapi hal ini, yakni mengharamkan menggunakan penanggalan Masehi karena
merupakan bentuk tasyabbuh dengan kaum kuffar.
Walaupun demikian dalam pamvlet , memang tidak bisa
dihilangkan begitu saja penanggalan Masehi, karena sebagian besar masyarakat
awwam (termasuk penulis sendiri) sebagai penerima pamvlet, kurang faham atau
hafal dengan penanggalan Hijriyyah. Sehingga jalan terbaik, akan lebih bijak
jika menggunakan 2 waktu penanggalan, yakni penanggalan Hijriyyah –ini yang
diutamakan- dan Masehi.
Catatan :
1. Perlu diketahui perubahan hari dalam waktu Hijriyyah
terhitung di waktu Maghrib, berbeda dengan waktu Masehi yang dihitung setelah
pukul 12 malam. Sehingga, sebagai contoh untuk hari ini, Rabu 10 April 2013
yang bertepatan dengan 29 Jumadil Awal 1434H, bila ada kajian nanti malam
selepas maghrib, maka waktu untuk Hijriyah-nya sudah berganti hari, yakni 30
Jumadil Awal 1434H
2. Termasuk didalam menggunakan waktu-waktu islami, adalah
dengan menggantikan kata untuk hari Minggu dengan kata Ahad, dan insya Allah
masyarakat sudah faham akan hal ini (yakni tidak perlu ditulis dua-duanya,
minggu atau ahad).
4. Informasi seputar Pengisi Kajian
Tentu kita fahami, bahwa kajian yang ingin kita adakan
bukanlah kajian “khusus”, namun kajian umum yang kita harapkan dapat dihadiri
oleh semua kaum muslimin, baik yang awam maupun yang –alhamdulillah- sudah
mengenal sunnah, sembari berharap malalu kajian tersebut, masyarakat mau
menerima dakwah sunnah ini.
Karenanya, perlu untuk dicantumkan dalam pamvlet tersebut
informasi singkat seputar Ustadz yang akan mengisi kajian tersebut, karena
penerima pamvlet tidak dijamin semua mengenalnya sebagaimana kita mengenal ustadz
pemateri. Sebagai contoh “Pimpinan Pondok Pesantren Al-Husna Bekasi”, atau
“Pengasuh majalah dakwah As-Sunnah”, atau “Lulusan Doktor S3 Univ. Islam
Madinah” atau “Dosen IAIN …” atau yang lainnya. Yang dengan informasi singkat
tersebut, diharapkan menarik minat jama’ah untuk menghadiri kajian tersebut.
Termasuk diantara informasi seputar pengisi kajian adalah
title yang dimilikinya, seperli Lc, Dr., MA, Prof. atau yang lainnya.
5. Informasi Detail
Sebagaimana umum yang tercantum didalam sebuah Pamvlet,
berupa Tema, Pemateri, Waktu dan Tempat, namun terkadang ada sebagian jama’ah
yang membutuhkan informasi lebih detail terkait kajian yang hendak kita adakan.
Mungkin ingin mengetahui jalur angkutan umum menuju ke lokasi, atau ingin
mengetahui jalan pintas dari lokasi jama’ah, atau ingin membantu dalam hal
konsumsi (berharap…), atau yang lainnya.
Maka idealnya, sebuah pamvlet, juga disertakan contact
person panitia yang dapat dihubungi. Bisa berupa no. HP, facebook, pin BB atau
yang lainnya. Namun hemat penulis, dengan no. HP sudah cukup mewakili, mungkin
dengan 2 atau 3 nomor sebagai alternatif.
6. Tampilkan pihak penyelenggara
Sebagai bentuk amanah, dan bentuk tanggung jawab panitia
penyelenggara kajian, adalah dengan
menampilkan pihak penyelenggara kajian dalam pamvlet, apakah itu Yayasan,
Lembaga, Takmir Masjid atau yang lainnya. Dengan menampilkan informasi ini,
akan membangun persepsi kepada jama’ah bahwa pengumuman kajian ini benar
adanya, karena ada pihak yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraannya.
Termasuk dalam hal ini, bila ada pihak sponsor atau
pendukung, seperti bila ada siaran radio atau tv yang hendak meliput kajian,
atau ada pihak penerbit buku yang hendak dikaji buku terbitannya sekaligus
sebagai sponsor, atau dari pihak pemerintah, kepolisian, perusahaan, instansi
yang memang memiliki andil /dukungan nyata terhadap terlaksananya kajian
tersebut. Dan hal ini tentu menjadi nilai tambah terhadap kajian yang hendak
dilaksanakan, bagi jama’ah yang berniat untuk hadir.
7. Desain yang syar’i, rapi, sederhana dan menarik
Pada poin terakhir ini, walaupun tidak terkait langsung
dengan isi materi dari pamvlet kajian, namun memiliki andil yang cukup besar
dalam hal menarik hati jama’ah untuk sudi menghadiri kajian tersebut.
Etika dalam desain pamvlet, yang pertama dan utama adalah
menjauhi gambar-gambar yang terlarang dalam agama, seperti gambar makhluk bernyawa
(yakni menampakkan wajah atau kepalanya secara jelas), gambar yang dapat
mengundang syahwat, dan gambar terlarang lainnya.
Kemudian, yang kedua kerapian dalam desain, maknanya
adalah informasi dalam pamvlet hendaknya mudah untuk dibaca dan difahami.
Memilih font yang sesuai, mengatur ukuran tulisan –mana yang pelu ukuran besar,
dan mana yang standar-, memilih warna, dan tata letak huruf dan objek
sedemikian rupa, sehingga kelihatan rapi.
Kemudian, yang ketiga adalah sederhana, yakni memilih
informasi-informasi yang memang perlu disampaikan kepada jama’ah, dan memilih
objek-objek gambar yang diperlukan untuk dimunculkan dalam pamvlet. Sebuah pamvlet
yang penuh dengan kata-kata dan objek-objek gambar, akan terkesan “rame”,
sehingga menyulitkan jama’ah untuk membaca dan memahami infromasi penting dalam
sebuah pamvlet.
Kemudian, yang terakhir adalah menarik, yakni pengaturan
dan pemilihan objek dan gambar latar yang sesuai dengan tema yang ada dalam pamvlet
kajian.
Khusus poin terakhir ini, memang diperlukan seseorang yang
memiliki jiwa artistic, dan kemampuannya dalam desain grafis. Walapun demikian,
poin ini bersifat relative, karena penilaian seseorang bias jadi berbeda dengan
penilaian orang lain.
Tambahan, untuk memenuhi sebuah pamvlet yang menarik, ada
bainya bila diusahakan untuk dicetak di kertas khusus pamvlet, setidaknya untuk
pamvlet yang ditempel. Dalam hal ini memang perlu adanya anggaran khusus dari
panitia. Wallahu’alam
Untuk contoh, silakan rujuk pamvlet untuk Daurah Syaikh
Abdurrozzak hafidzahullah di Masjid Istiqlal, berikut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan bagi ikhwan/pengunjung sekalian untuk menuliskan komentar, pertanyaan, konfirmasi atau pemesanan.