Penulis : Dr.
Muhammad Az-Zahrani
Deskripsi : viii+264 hal. (S)
Harga Katalog : Rp.43.000,-
Deskripsi : viii+264 hal. (S)
Harga Katalog : Rp.43.000,-
Harga Diskon 15% : Rp.36.550,-
Penerbit : Darul Haq
Stok : Silakan hubungi kami
Para sahabat mengambil as-Sunnah langsung dari
Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam; sebagaimana yang dilakukan Umar Radhiallahu
Anhu misalnya, atau melazimi Rasulullah dengan tinggal di masjid sebagaimana
Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, atau bertanya kepada pihak ketiga yang
berinteraksi langsung dengan beliau seperti kepada Ummahatul Mukminin. Pada
generasi pertama ini, setiap kabilah acap kali mengirim utusan untuk menimba
ilmu dari Nabi Shalallahu ‘alaihi
wasallam. Dan mereka menjaga as-Sunnah dengan metode hafalan. Intinya
mereka menerima hadits yang masih genuine lalu disampaikan secara jujur dengan
berpegang teguh pada prinsip hadits, Barangsiapa yang menyampaikan satu hadits
dariku, yang mana dia sendiri menduga bahwa itu adalah kebohongan, maka dia
sendiri adalah salah seorang pembohong. (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi). Pada masa
berikutnya, para tabi'in berusaha mengikuti langkah para sahabat, tetapi karena
banyaknya kendala; seperti wafatnya para sahabat senior, dan tersebarnya para
ulama di berbagai daerah yang jauh, serta fitnah dari musuh-musuh Islam,
menjadikan as-Sunnah mulai tercampur dengan bualan dusta, sehingga perlu
dipilah mana yang shahih dari yang dhaif. Sebagian tabi'in mulai berpikir untuk
membukukan as-Sunnah. Inilah generasi perintis kodifikasi Sunnah. Yang berperan
sentral sebagai pencetus pertama kodifikasi hadits adalah Umar bin Abdul Aziz
(W. 101) dan Ibnu Syihab az-Zuhri (W. 124). Keduanya memprakarsai kodifikasi
hadits secara luas. Pada abad kedua semakin maju dari segi metodologi dan tema.
Generasi ini memulainya dengan mengkodifikasi ilmu rijal, di mana mereka telah
menulis tentang sejarah perawi hadits, seperti al-Laits bin Sa'ad (W. 175 H),
Ibnu al-Mubarak (W. 181 H), Dhamrah bin Rabi'ah (W. 202 H), al-Fadhl bin Dukain
(W. 218 H) dan lainnya. Karya-karya ulama pada abad kedua ini memiliki beberapa
bentuk; Muwaththa`, Mushannaf, Jami' atau Sunan, dan sebagiannya memiliki tema
khusus seperti jihad, zuhud, peperangan Rasulullah SAW, sirah, dan lain-lain.
Tantangan pada abad ketiga semakin berat dengan munculnya kelompok Zindik,
Jahmiyah, Mu'tazilah, dan lainnya. Tetapi usaha para ulama dalam menyempurnakan
kodifikasi as-Sunnah semakin keras pula, sehingga masa ini disebut masa
keemasan perkembangan ilmu Islam dan hadits. Pada masa ini pula bermunculan
banyak penghafal hadits yang hebat dan ulama yang kritikus (naqid), seperti;
Ahmad bin Hanbal (W. 241 H), Ishaq bin Rahawaih (W. 238 H), Ali bin al-Madini
(W. 234 H), Yahya bin Ma'in (W. 233 H), al-Bukhari (W. 256 H), Muslim bin
al-Hajjaj (W. 261 H), Abu Zur'ah ar-Razi (W. 264 H), Abu Hatim ar-Razi (W.
277), Utsman bin Sa'id ad-Darimi (W. 209 H), dan lainnya, yang telah menyusun
ilmu hadits secara umum dan ilmu jarh dan ta'dil (kritik hadits) secara khusus.
Buku ini lebih dari sekedar pembukuan Hadits, di dalamnya tergambar napak tilas
para ahli hadits dalam mencari hadits, biografi para ulama penulis hadits dan
perjalanan kodifikasi hadits, silsilah asal muasal karya tulis; matan, syarh,
hamisy, ta'liq, takhrij. Metodologi dan cara penulisannya pun dijabarkan dengan
jelas dan mudah. Sangat bagus sebagai panduan bagi para pencinta ilmu
khususnya, dan kaum Muslimin umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan bagi ikhwan/pengunjung sekalian untuk menuliskan komentar, pertanyaan, konfirmasi atau pemesanan.